-
Sunan gresik memiliki nama lain yang banyak antara lain: Maulana Malik Ibrahim, Sunan Tandhes, Mursyid Akbar Thariqat, Syekh Magribi. Sunan gresik merupakan keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia bersaudara dengan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai. Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama Maulana Jumadil Kubro.
Ia diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Maulana Malik Ibrahim memiliki, 3 isteri bernama:
1. Siti Fathimah binti Ali Nurul Alam Maulana Israil (Raja Champa Dinasti Azmatkhan 1), memiliki 2 anak, bernama: Maulana Moqfaroh dan Syarifah Sarah
2. Siti Maryam binti Syaikh Subakir, memiliki 4 anak, yaitu: Abdullah, Ibrahim, Abdul Ghafur, dan Ahmad
3. Wan Jamilah binti Ibrahim Zainuddin Al-Akbar Asmaraqandi, memiliki 2 anak yaitu: Abbas dan Yusuf. Selanjutnya Sharifah Sarah binti Maulana Malik Ibrahim dinikahkan dengan Sayyid Fadhal Ali Murtadha [Sunan Santri/ Raden Santri] dan melahirkan dua putera yaitu Haji Utsman (Sunan Manyuran) dan Utsman Haji (Sunan Ngudung). Selanjutnya Sayyid Utsman Haji (Sunan Ngudung) berputera Sayyid Ja’far Shadiq [Sunan Kudus].
Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagang dengan cara membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Sebagai tabib, kabarnya, ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Campa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Pengikut Sunan Gresik semakin hari semakin bertambah sehingga rumahnya tidak sanggup menampung murid-murid yang datang untuk belajar ilmu agama Islam. Menyadari hal ini, Maulana Malik Ibrahim yang juga dikenal sebagai Kakek Bantal (Karena menaruh Al-Qur’an diatas bantal saat mengajar) mulai mendirikan bangunan untuk murid- muridnya menuntut ilmu di Leran, Gresik. Inilah yang menjadi cikal bakal pesantren di Indonesia. Pada 7 April 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
Syekh Maulana Malik Ibrahim sering kali disebut-sebut memiliki karomah dalam menurunkan hujan saat musim kemarau yang berkepanjangan. Kisahnya saat Syekh Maulana Malik Ibrahim atau juga sering disebut sebagai Sunan Gresik ini mengembara dan bertemu dengan sekelompok orang yang tengah mengadakan upacara pengorbanan seorang gadis di atas bukit untuk meminta hujan. Dalam upacara itu sang dukun telah siap menghujamkan sebilah pisau ke dada gadis cantik yang dijadikan persembahan bagi Dewa Hujan. Wanita itu adalah gadis ketiga yang dipersembahkan ke Dewa Hujan setelah dua korban sebelumnya dipersembahkan namun tidak juga membuat hujan turun dari langit. Dari kejauhan Syekh Maulana Malik Ibrahim berteriak lantang mencegah praktik persembahan manusia itu, tetapi ujung pisau telah sampai ke dada si gadis malang. Namun keajaiban terjadi, pisau itu tak mampu menembus dadanya. Si dukun merasa ada kekuatan gaib yang menghadang tenaganya menekan pisau ke dada. Sampai kemudian si dukun terlempar jauh.
Tahulah si dukun setelah Syekh Maulana Malik Ibrahim mendekat. Dengan rasa marah, si dukun menanyakan kenapa Syekh Maulana Malik Ibrahim menghalangi pelaksanaan upacara persembahan manusia itu. “Sudah berapa gadis yang dikorbankan,? ” tanya Syekh Maulana Malik. “Dua,” jawab si dukun itu. “Apakah setelah dua nyawa itu melayang, hujan turun, ? ” tanya Syekh Maulana Malik Ibrahim lagi. Si dukun terdiam. Memang setelah dua persembahan lalu, Dewa Hujan belum juga bermurah hati menurunkan airnya. Tetapi dia meyakini setelah yang ketiga ini, Dewa Hujan akan mengabulkan permohonannya, yang juga merupakan permohonan semua penduduk di daerah itu. Sesaat setelah menyadari kondisi yang dialami penduduk, Syekh Maulana Malik Ibrahim berujar, “Bila hujan dapat turun, masihkah kalian akan mengorbankan gadis ini,? ”. “Yang kami inginkan adalah hujan, tuan. Jika hujan turun, kami akan bebaskan gadis itu,” ujar seorang penduduk. Syekh Maulana Malik lalu menjalankan salat Istisqa untuk minta hujan. Karena karomahnya membuat hujan turun dengan deras, mengakhiri kekeringan di daerah tersebut.
Orang-orang yang menyaksikan itu menjadi takjub dan tak kepalang gembiranya. Mereka serentak bersujud seperti menyadari bahwa Syekh Maulana Malik Ibrahim adalah seorang dewa. Tetapi Syekh Maulana Malik segera mencegah dan menyuruh mereka bangkit. Dengan lembut dia menjelaskan semua adalah berkat keagungan Allah SWT, tuhan yang sebenarnya. Dengan takjub dan mendapat pencerahan dari sebuah tanda kebesaran Allah yang baru lewat tadi, orang-orang itu menyatakan ketertarikannya pada Islam. Mereka ingin memeluk Islam dan belajar mengenai ajarannya. Lalu orang-orang tersebut diajarkannya mengucap dua kalimat sahadat dan masuk agama Islam.
Masjid Malik Ibrahim Pesucinan Leran adalah merupakan salah satu peninggalan Maulana Malik Ibrahim yang masih tersisa. Masjid Malik Ibrahim yang berada di Dusun Pesucinan, Desa Leran, Gresik, Jawa Timur ini. Dusun Pesucinan yang berukuran sekitar 200m x 200 m ini berada di tengah genangan air yang menyerupai kolam-kolam besar, sehingga berbentuk seperti sebuah pulau. Masjid Malik Ibrahim berada di tepian kolam besar di sebelah Timur dusun Pesucinan ini.
Saturday, April 23, 2016
Walisongo : Sunan gresik ( Sejarah Kelas X )
khansha hanak
7:27 PM
khansha hanak / Author & Editor
Just a little girl in a big world.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment